Tempoyak Ikan Patin: Kuliner Khas Nusantara yang Kaya Rasa
AKULINER.COM – Tempoyak adalah makanan fermentasi tradisional yang terbuat dari daging buah durian yang sudah masak. Proses fermentasi biasanya berlangsung selama 2–5 hari dengan tambahan sedikit garam agar tahan lebih lama. Rasanya asam segar dengan aroma durian yang khas, menjadikannya bumbu masakan unik yang tidak ditemukan di banyak daerah lain.
Di Sumatera, terutama di Jambi, Palembang, dan juga sebagian wilayah Kalimantan serta Malaysia, tempoyak sering dijadikan campuran dalam berbagai olahan lauk, salah satunya Ikan Patin Tempoyak.
Kenapa Ikan Patin?
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah jenis ikan air tawar yang populer di Indonesia. Dagingnya lembut, gurih, dan tidak terlalu berlemak sehingga cocok dipadukan dengan bumbu yang kuat. Di daerah Sungai Batanghari (Jambi) dan Sungai Musi (Palembang), patin melimpah, sehingga wajar jika masyarakat setempat menjadikannya pasangan ideal bagi tempoyak.
Cita Rasa yang Unik
Tempoyak Ikan Patin menghadirkan perpaduan rasa:
- Asam segar dari tempoyak hasil fermentasi durian.
- Pedas menggigit dari cabai rawit yang melengkapi bumbu.
- Gurih lembut dari daging ikan patin yang dimasak perlahan.
Paduan ini menghasilkan kuah berwarna kekuningan, pekat, dan harum khas, yang biasanya disantap hangat bersama nasi putih.
Cara Memasak Tempoyak Ikan Patin (Ringkas)
Bahan utama:
- Ikan patin segar, potong sesuai selera
- Tempoyak (fermentasi durian)
- Cabai merah & cabai rawit
- Bawang merah, bawang putih, kunyit, serai, daun salam
- Garam dan gula secukupnya
Langkah singkat:
- Haluskan bumbu: cabai, bawang, kunyit.
- Tumis bumbu hingga harum, tambahkan serai dan daun salam.
- Masukkan tempoyak, beri sedikit air, aduk rata.
- Masukkan potongan ikan patin, biarkan kuah meresap dengan api kecil.
- Masak hingga ikan matang sempurna, koreksi rasa, lalu sajikan.
Nilai Budaya dan Tradisi
Bagi masyarakat Jambi dan Palembang, Tempoyak Ikan Patin bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya. Hidangan ini kerap hadir pada acara keluarga, jamuan adat, hingga menjadi simbol kekayaan kuliner sungai.
Selain itu, penggunaan tempoyak mencerminkan kearifan lokal dalam mengawetkan makanan. Durian yang berlimpah saat musim tidak terbuang sia-sia, melainkan diolah menjadi bumbu bernilai tinggi.