kenta

Kenta, Cita Rasa Ketan Sangrai Camilan Unik Khas Palangka Raya

Kenta: Camilan Tradisional Khas Palangka Raya yang Sarat Makna Budaya

AKULINER.COM –  Kalimantan Tengah memiliki beragam kuliner tradisional yang unik, salah satunya adalah Kenta. Makanan ini berasal dari masyarakat Dayak Ngaju, suku asli yang banyak mendiami wilayah Palangka Raya dan sekitarnya.
Kenta bukan hanya sekadar makanan, melainkan juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang mendalam. Dalam kehidupan masyarakat Dayak, Kenta sering dihidangkan pada upacara adat, perayaan panen, atau kegiatan syukuran sebagai simbol rasa terima kasih kepada alam dan Sang Pencipta atas hasil bumi yang melimpah.

Asal-Usul dan Makna Filosofis

Kata “Kenta” sendiri merujuk pada makanan yang berbahan dasar padi ketan yang baru dipanen. Dalam kepercayaan tradisional Dayak Ngaju, padi dianggap memiliki roh kehidupan (disebut tatu parei). Oleh karena itu, Kenta dibuat dengan penuh penghormatan terhadap hasil panen dan leluhur yang dipercaya menjaga kesuburan tanah.

Kenta sering dihidangkan dalam ritual adat seperti upacara panen (manganan parei), perkawinan adat, atau upacara syukuran. Masyarakat percaya bahwa menyajikan Kenta merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap alam serta nenek moyang.

Bahan-Bahan Utama

Bahan utama Kenta sangat sederhana dan semuanya berasal dari hasil alam sekitar:

  • Padi ketan (ketan muda yang baru dipanen)
  • Kelapa parut muda
  • Gula merah atau gula pasir
  • Air kelapa muda (opsional untuk memberi aroma khas)

Kombinasi bahan-bahan alami ini menghasilkan cita rasa yang manis, gurih, dan harum, sekaligus menggambarkan kesederhanaan hidup masyarakat pedesaan Kalimantan.

Proses Pembuatan Kenta

Proses pembuatan Kenta memerlukan ketelatenan dan dilakukan secara tradisional:

  • Menyiapkan padi ketan
    Padi ketan yang baru dipanen disangrai menggunakan wajan tanah liat di atas api sedang hingga kulitnya mulai terlepas.
  • Menumbuk padi
    Setelah disangrai, padi ketan ditumbuk menggunakan lesung dan alu kayu. Proses ini memisahkan kulit padi dari isinya serta membuat butiran ketan menjadi agak pipih.
  • Mencampur bahan tambahan
    Butiran ketan yang telah bersih dicampur dengan kelapa parut dan gula merah. Kadang ditambah sedikit air kelapa muda agar teksturnya lebih lembut dan harum.
  • Penyajian
    Kenta biasanya disajikan dalam keadaan hangat di wadah anyaman bambu atau daun pisang, menambah cita rasa dan aroma alami.

Cita Rasa dan Tekstur

Kenta memiliki perpaduan rasa manis, gurih, dan lembut.
Teksturnya sedikit kenyal karena bahan dasarnya ketan, sementara aroma sangrai dari padi memberi sentuhan khas yang sulit ditemukan pada camilan lain.
Rasa manis gula merah berpadu dengan gurih kelapa, menciptakan keseimbangan rasa yang sederhana namun memikat.

Nilai Budaya dan Pelestarian

Lebih dari sekadar makanan, Kenta adalah simbol kebersamaan.
Proses pembuatannya sering dilakukan secara gotong royong, melibatkan seluruh anggota keluarga. Aktivitas ini mempererat hubungan sosial dalam masyarakat Dayak Ngaju.

Namun, di era modern, pembuatan Kenta mulai jarang dilakukan karena prosesnya yang memakan waktu. Kini, Kenta lebih sering muncul dalam acara festival budaya, pameran kuliner daerah, atau acara adat di Palangka Raya.
Beberapa komunitas budaya dan pemerintah daerah mulai menghidupkan kembali tradisi ini sebagai bagian dari warisan kuliner dan identitas lokal Kalimantan Tengah.

Kenta di Masa Kini

Meskipun jarang ditemukan di pasar modern, Kenta bisa dicicipi saat berkunjung ke Palangka Raya, terutama di acara Festival Budaya Isen Mulang atau di desa-desa Dayak yang masih menjaga tradisi kulinernya.
Kini, beberapa pelaku UMKM juga mulai menjual Kenta dalam kemasan modern agar bisa dinikmati oleh wisatawan sebagai oleh-oleh khas daerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *