Bubur Sekoi: Sajian Tradisional yang Mulai Langka
AKULINER.COM – Salah satu kuliner tradisional khas Nusantara yang kini sudah jarang ditemui. Hidangan ini terbuat dari biji sekoi, sejenis tanaman biji-bijian mirip sorgum atau jewawut, yang dahulu banyak dibudidayakan di pedesaan. Karena teksturnya kenyal dan gurih, sekoi sering diolah menjadi bubur manis yang disajikan hangat.
Sejarah dan Asal Usul
Sekoi pernah menjadi salah satu bahan pangan penting masyarakat Jawa pada masa lalu. Tanaman ini tumbuh subur di lahan kering, sehingga menjadi sumber karbohidrat pengganti nasi atau jagung. Namun, seiring bergesernya pola konsumsi masyarakat dan menurunnya produksi sekoi, bubur ini semakin sulit ditemukan dan kini dianggap makanan langka.
Bahan dan Cara Pembuatan
Untuk membuat makanan ini, biji sekoi biasanya direndam terlebih dahulu agar lebih cepat empuk saat dimasak. Setelah itu, direbus hingga mengental lalu diberi tambahan santan, gula merah, daun pandan, dan sedikit garam agar cita rasanya seimbang antara gurih dan manis. Teksturnya menyerupai bubur kacang hijau, tetapi dengan sensasi butiran sekoi yang kenyal.
Cita Rasa Khas
Keunikan makanan ini terletak pada rasa dan teksturnya. Buburnya kental dengan aroma harum santan dan pandan, berpadu dengan manisnya gula merah. Butiran sekoi yang kenyal memberikan pengalaman berbeda dibandingkan bubur kacang hijau atau bubur sumsum.
Nilai Gizi
Sekoi mengandung karbohidrat kompleks, serat, protein nabati, serta beberapa mineral penting. Karena termasuk pangan lokal yang sehat dan mengenyangkan, bubur sekoi sebenarnya berpotensi kembali populer di tengah tren makanan tradisional dan pangan sehat.
Kelangkaan dan Pelestarian
Saat ini, makanan ini sulit dijumpai di pasar maupun warung makan. Beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Madura masih ada yang melestarikannya, biasanya disajikan pada acara tradisi atau hajatan. Upaya pelestarian perlu dilakukan, baik dengan menanam kembali sekoi maupun memperkenalkannya kepada generasi muda sebagai bagian dari kekayaan kuliner Nusantara.